Menu “Istana” Korea Ada di Waroenk Resto and Cafe

MAKASSARKULINER.COM – KUPANG – Ini menu “istana” Korea yang hadir di Waroenk Kupang. Bicara kuliner, memang tidak ada habisnya. Pasalnya, kuliner tidak sekadar menyoal makanan maupun minuman, tetapi sudah menjadi gaya hidup kekinian.

Menariknya pula, kuliner tidak melulu ke urusan lidah atau perut namun sudah menjadi “gengsi” yang memiliki nilai lebih bagi suatu golongan, kelompok, komunal, atau personal.

Artinya, makanan menjadi entitas yang tidak dapat dipisahkan dari suatu budaya bangsa. Korea Selatan atau kerap disebut “Korea” saja misalnya, memiliki sebuah jenis makanan yang sangat terkenal, Kimchi sehingga dijadikan penyebutan “generik” masyarakat di sana untuk berswafoto (selfie).

Makanya, ada anekdot mengatakan jangan mengajak selfie gadis Korea lalu bilang “cheese” sebab pasti ditolak. Pasalnya, mereka lebih suka berpose dan mengucap “Kimchi” bersama.

Terkait makanan Korea, Kimchi hanyalah sebagian dari menu Korea yang digemari warga Korea, bahkan dunia. Jika merunut satu per satu, maka menu populer lainnya tentu ada Bulgogi, Sticky Wings, Korean Chicken Pop, Korean Shrimp Rice, Shrimp Mayo, dan masih banyak lainnya.

Tentu saja untuk menikmati menu-menu Korea tadi, seseorang tidak perlu terbang ke Seoul. Di Indonesia, terdapat ratusan restoran Korea dan nyaris sama banyaknya dengan restoran Jepang.

Di Kupang, salah satu resto dan kafe representatif, Waroenk, tidak ketinggalan menawarkan menu-menu Korea.

“Pada 2 Oktober 2017 lalu, kami menghadirkan menu Korea baru, di antaranya Korean Shrimp Rice dan Shrimp Mayo. Seperti yang kita ketahui, kedua varian menu berbahan udang ini sudah sangat populer di dunia,” terang owner Waroenk, Steven Marloanto saat ditemui di Jalan WJ Lalamentik, Oebufu, Kupang, Jumat 13 Oktober 2017.

Dijelaskan, menu tersebut diluncurkan bersamaan dengan beberapa menu lezat lainnya, di antaranya Nasi Goreng Ikan Asin yang dibanderol Rp 40 ribu, Nasi Goreng Yang Chow Rp 40 ribu, dan Sweet and Sticky Grilled Chicken (Nasi Ayam Panggang Merah) Rp 35 ribu.

Sementara, untuk jajaran minuman ada Es Podeng 20 ribu, Es Teler Rp 27.500, dan Hot Chocolate Rp 20 ribu.

“Korean Shrimp Rice kami banderol cukup terjangkau, hanya Rp 35 ribu per porsi. Sementara, Shrimp Mayo Rp 35 ribu. Sejak kami luncurkan, menu-menu tersebut mendapat animo yang cukup bagus dari penikmat kuliner di Kota Kupang,” imbuh Steven.

Selama ini, layaknya negara-negara di Asia Timur seperti Tiongkok dan Jepang, kuliner unik dan lezat identik berasal dari “istana” kerajaan. Penggunaan bahan-bahan seperti udang yang langka pada zaman kerajaan dianggap sebagai makanan mewah, dan hanya dikhususkan bagi kaum bangsawan.

Penyajian ala Korea yang lazim disebut Korean Rice Bowl berupa nasi berimbuh udang sebagai lauk-pauknya terus berkembang hingga saat ini. Tentu, saat ini pula sudah bukan “milik” raja maupun kaum bangsawan, tetapi sudah menjadi kuliner umum meskipun masih tetap membawa resep leluhur pada zaman kerajaan di Korea.

Sekadar diketahui, masakan Korea adalah makanan tradisional yang berdasarkan pada teknik dan cara memasak orang Korea. Mulai kuliner istana yang unik hingga makanan khas daerah serta perpaduan masakan modern, bahan-bahan yang digunakan serta cara penyiapannya cukup berbeda dibandingkan negara lainnya, terutama di negara-negara Barat.

Saat ini, banyak makanan Korea yang sudah mendunia. Masakan Korea, baik yang dijabarkan sama maupun berbeda dengan kuliner istana, sampai saat ini juga dinikmati sebagian besar masyarakat Korea.

Masakan Korea sebagian besar berbahan beras, mi, tahu, sayuran, dan daging. Makanan tradisional Korea dikenal dengan makanan sampingan yaitu “banchan” yang disantap dengan nasi putih dan sup atau kaldu. Setiap makanan dilengkapi banchan yang cukup banyak.

Makanan Korea biasanya dibumbui minyak wijen, kecap, garam, bawang putih, serta jahe dan saus cabai (gochujang). Tidak salah bila masyarakat Korea dikenal sebagai konsumen bawang putih terbesar dunia di atas Tiongkok, Thailand, Jepang, serta negara-negara Laut Tengah seperti Spanyol, Italia, dan Yunani.

Makanan Korea berbeda setiap musimnya. Selama musim dingin, biasanya makanan tradisional yang dikonsumsi adalah Kimchi dan berbagai sayuran yang diasinkan dalam gentong besar yang disimpan di bawah tanah luar rumah. Persiapan pembuatan masakan Korea, biasanya membutuhkan waktu yang sangat lama.

Makanan tradisional istana, yang dulunya hanya dinikmati keluarga kerajaan Dinasti Joseon, memerlukan waktu berjam-jam untuk pembuatannya. Makanan istana memiliki harmonisasi yang menampilkan kontras dari karakter panas dan dingin, pedas dan tawar, keras dan lembut, padat dan cair, serta keseimbangan warna.

Makanan istana seperti ini beberapa di antaranya dapat mencapai harga 240 ribu won atau sekitar 265 dolar AS per orang. Ini termasuk minuman juga layanan dari pelayan eksklusif.

Restoran yang menyediakan makanan istana terdapat banyak di Seoul. Sejak meledaknya popularitas drama Daejanggeum, semakin banyak pula masyarakat yang menyukai makanan istana.

 

(Liputan Effendy Wongso – dari Kupang)

Waroenk Resto

Jl. W.J. Lalamentik, Kelurahan Oebufu TDM, 
(dekat hotel Romyta), Oebufu, Oebobo, 
Kupang, Nusa Tenggara Timur 85111

 

Comments

comments

About edwinjrd

www.edwinjrd.com